Bersama Majelis Zikir

Bersama Majelis Zikir


Rasulullah bersabda:


لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ


Tidaklah sekelompok orang duduk berdzikir kepada Allah SWT, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat (Allah) meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (para malaikat) yang ada di sisi-Nya. (HR Muslim)

Majalah Sufi | TEMPIAS - Arti Zikir dari website Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berzikir/ber·zi·kir/ v mengucapkan zikir; mengingat dan menyebut berulang-ulang nama dan keagungan Allah. 


Ketika kita membicarakan majelis zikir, seringkali yang terbayang: sosok dekil, miskin lagi kumuh. Mereka dianggap sebagai sekumpulan orang-orang bodoh, terbelakang plus sesat. Pemandangan yang jauh dari kesan modern. Majelis zikir selalu dikaitkan dengan Sufi, dengan gambaran kuat di benak nampak sosok pertapa tua renta.  


Demikian pula kalau masuk ke search engine Google, lebih banyak artikel yang mewanti-wanti agar pembacanya menjauhi majelis zikir. Bahkan, Penulis menemukan artikel dengan judul: Keutamaan Majelis Zikir, tapi justru berpandangan miring pada Sufi dan mengajak untuk menjauhi majelis zikir dengan alasan Majelis Ilmu itu lebih baik. Padahal judul tulisannya: "Keutamaan Majelis Zikir".


Tawazun


Sesungguhnya, baik istilah Fikih maupun Tasawuf muncul setelah nabi wafat, Fikih ada aliran yang dikenal dengan Mazhab. Tasawuf pun ada jalan-jalannya, yang diistilahkan dengan Tarekat. Kita tidak perlu mempertentangkan, keduanya saling melengkapi. 


Fikih, adalah syariat atau hukum bahasanya harus tegas, kaku. Sedangkan Tasawuf wilayah hati, yang kondisinya sering bolak-balik. Tapi, kita tentu sepakat untuk segala sesuatu harus ada ahlinya. Termasuk untuk urusan Fiqih dan juga Tasawuf. 


Bukankah kita harus ber-islam dengan kaffah (total). Tidak mengambil separuh dan membuang potongan lainnya.  Jangan seperti orang buta menebak gajah, ketika dipegang belalai dia berkesimpulan gajah itu seperti ular, dipegang kaki seperti pohon kelapa, dipegang kuping seperti ikan pari. Islam harus utuh sepenuh jiwa dan raga. Fiqih sebagaimana Tasawuf juga bagian dari Islam. 


Zikir Gizi Hati

Hati dan akal; dua istilah yang tidak asing lagi di telinga kita. Untuk akal, sudah jelas tapi masalah hati sering kali dibahas tanpa mengerti terlebih dulu maknanya. Dalam bahasan kali ini akan menampilkan pandangan Imam Al-Ghazali tentang hati. Dalam bahasa Arab, hati disebut dengan al-qalb. Menurut Al-Ghazali al-qalb memiliki dua makna. 


Pertama, Hati bermakna segumpal daging berbentuk sanubari yang berada di dalam dada sebelah kiri. bentuknya cekung dan di dalamnya terdapat darah berwarna hitam dan juga ruh bersumber atau berada di dalam hati ini.


Para dokter menganalisis dan menjadikannya sebagai objek kajian, sementara para sufi atau agamawan tidak tertarik membahas hati dengan makna ini. Dengan demikian, perkara-perkara yang berkaitan dengan agama tidak memiliki kaitan dengan makna hati ini kecuali hanya dalam urusan muamalah semata.


Ini sebenarnya merupakan makna hati dilihat dari sudut pandang lahir karena bendanya dapat dijangkau hanya dengan pandangan mata saja. Imam Al-Ghazali memasukkan hati dengan makna ini ke dalam alam materi.


Kedua, Hati adalah entitas halus yang bersifat ketuhanan dan spiritual. Ini merupakan hakikat atau inti dari manusia itu sendiri. Jadi, ketika Al-Quran menyebut hati maka yang dimaksud adalah hati dengan makna kedua ini. Misalnya firman Allah SWT:


وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا


“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah).” (QS. Al-A’raf [07] :179)


Lafazd qulub jamak dari qalb pada ayat ini lebih kepada hati dengan makna “Sesuatu yang berada pada diri manusia yang bisa menjangkau, mengetahui dan memahami”. Hal ini sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin. 


Sebagaimana, fisik yang membutuhkan asupan gizi, maka makanan untuk ruhani agar sehat adalah dengan zikir. Sayangnya jika fisik sakit, kita akan langsung merasakan dan langsung berobat ke dokter sedangkan untuk hati yang sakit, tidak langsung terasa. Lalu siapakah yang kita datangi bila hati sakit?     


Pemimpin

Hadits di atas menyebut "sekelompok", artinya tentu ada pemimpin. Zikir juga harus seirama, sebagaimana orkes harus ada konduktor. Tentara berbaris rapi, karena ada komandan. Hadirnya seorang pemimpin dalam zikir agar terarah. Tulisan ini hanya ingin mengatakan, kehadiran seorang Mursyid (Pemimpin) dalam zikir adalah MUTLAK!


Salman Al Farizi


Silakan klik:

Khadijah ra Cinta Sejati Rasulullah saw


Kisah Khadijah, Ummul-Mu`minîn, meninggalkan kesan yang mendalam. Seluruh umat Islam, tak peduli sebesar apa pun perbedaan paham di antara mereka, mereka akan mencintainya sepenuh hati.

Comments

Popular posts from this blog

BERITA DUKA Prof Amin Syukur Wafat